Aksi
Damai, SOLO —
Puluhan ribu warga Nahdlatul Ulama (NU) dari berbagai daerah di Soloraya
menggelar aksi menolak kebijakan lima hari sekolah (full day school) dengan
melakukan long march dari Jl. Bhayangkara, barat Stadion Sriwedari, hingga
Bundaran Gladak, Kamis (24/8/2017) mulai pukul 13.30 WIB.
massa aksi mulai berjalan
dari Jl. Bhayangkara setelah membentuk barisan panjang dan menerima instruksi
dari pimpinan rombongan di bagian depan. Selama mengikuti aksi long march
dengan menyusuri Jl. Slamet Riyadi, massa aksi yang mengenakan busana muslim
dominan warna putih tersebut terus-terusan menyanyikan lagu Indonesia Raya dan
mengumandangkan Syubbanul Wathan.
Sejumlah
peserta aksi berjalan membawa bendera dan rontek-rontek berisi tuntutan.
Setibanya di Bundaran Gladak, massa aksi berhenti dan berkumpul untuk
mendengarkan orasi-orasi yang dipimpin Kyai Ahmad Riyad, Kyai Joko Prawoto dan
Kyai Hudallah Ridwan.
Setelah sesi orasi, aksi
damai dilanjutkan pembacaan pernyataan sikap bersama oleh koordinator aksi,
Kyai Muhammad Mahbub, didampingi Pimpinan Cabang NU (PCNU) se-Soloraya. Belum
selesai, aksi dilanjutkan dengan istighatsah di Masjid Agung Solo.
Koordinator
aksi, Kyai Muhammad Mahbub, mengatakan warga NU Soloraya menggelar aksi untuk
menolak dengan keras kebijakan lima hari sekolah yang ditetapkan pemerintah
lewat penerbitan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Permendikbud) No.
23/2017 tentang Hari Sekolah.
Massa aksi menuntut
Mendikbud Muhadjir Effendi membatalkan atau mencabut Permendikbud yang
diterbitkan pada 12 Juni 2017 tersebut. Warga NU resah dengan pemberlakuan
kebijakan lima hari sekolah.
“Kami menolak dengan
keras kebijakan lima hari sekolah karena bisa membuat eksistensi Madrasah
Diniah Takmiliyah [MDT], taman pendidikan Alquran, pondok pesantren dan
madrasah formal menjadi terganggu,” kata Mahbub kepada wartawan di Stadion
Sriwedari, Kamis.dari beberapa tokoh juga menyatakan “kalau seharian sekolah
terus, lantas kapan ngajinya?? Mereka pasti akan kecapean sedangakan kebanyakan
mereka punya jadwal ngaji pada sore hari”
Peserta Aksi Damai Saat Sampai Di bundaran Gladag (Foto By : TeguhGilang)
Penambahan jam belajar di
sekolah yang diinstruksikan Permendikbud No. 23/2017 dinilai berpotensi
menguras energi anak-anak sehingga tidak bisa mengikuti kegiatan di luar
sekolah. Warga NU meminta Mendikbud mendengarkan suara masyarakat terutama yang
terkena imbas langsung dengan pemberlakuan kebiakan full day school, yakni
lembaga kependidikan Islam seperti MDT, TPA, dan pondok pesantren.
Warga NU berharap Mendikbud
lebih berkonsentrasi mengajak elemen masyarakat merancang model penguatan
pendidikan karakter yang lebih baik. Bukan hanya itu, warga NU menyarankan
Mendikbud lebih baik berkonsentrasi menyelesaikan masalah-masalah pendidikan
nasional yang lebih krusial.
“Dunia pendidikan di
Indonesia kini masih menghadapi sejumlah permasalahan krusial, seperti terdapat
disparitas antara sekolah negeri dengan swasta, antara sekolah unggulan dan
reguler, profesionalitas guru yang belum sesuai harapan masyarakat, hingga
nasib pendidikan di daerah perbatasan yang tertinggal, tutur Mahbub.
Koordinator PCNU
se-Soloraya, Kyai Mubarok, mengklaim aksi long march dan istigasah kali ini
diikuti lebih dari 25.000 warga NU di Soloraya. Dia mengatakan jumlah massa
aksi bisa saja lebih banyak jika kegiatan dipersiapkan lebih lama.
Mubarok mengetahui jika
Presiden rencananya mengeluarkan Peraturan Presiden (Perpres) soal pendidikan
karakter yang membuat sekolah bisa menerapkan lima hari sekolah atau enam hari
sekolah. Namun, menurut dia, hal itu tidak cukup.
Koordinator Aksi Damai K.H.Joko Parwoto di dampingi pengurus MWC NU Ampel (Foto By Teguhgilang)
Warga NU menuntut
pemerintah lebih tegas dengan mencabut kebijakan lima hari sekolah. “Kalau
hanya mempersilakan boleh enam hari sekolah atau lima hari sekolah, akan muncul
stigma. Sekolah yang masih menerapkan kebijakan enam hari sekolah bisa
terstigma menjadi sekolah yang tidak maju. Kebijakan harus tegas. Iya atau
tidak? Kami menuntut Mendikbud mencabut Permendikbud No. 23/2017 tentang Hari
Sekolah yang meresahkan masyarakat,” terang Mubarok.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar